Baterai LiFePO4 Vs Baterai Lithium-Ion

Baterai adalah bagian penting dari kehidupan modern. Baterai memberi daya pada ponsel, laptop, mobil, dan bahkan sistem energi rumah. Dua jenis yang umum adalah baterai LiFePO4, juga dikenal sebagai baterai Lithium Iron Phosphate, dan baterai Lithium-Ion. Dalam panduan ini, kami akan menjelaskan 10 perbedaan antara baterai LiFePO4 vs Lithium-Ion untuk membantu Anda memutuskan mana yang lebih baik untuk kebutuhan Anda.

 

Perbedaan Antara Baterai LiFePO4 vs Lithium-Ion

Perbedaan Antara Baterai LiFePO4 vs Lithium-Ion

Baterai LiFePO4 dan lithium-ion keduanya termasuk dalam keluarga lithium, tetapi keduanya sangat berbeda dalam hal cara kerjanya dan berapa lama daya tahannya. Perbedaan ini penting karena baterai terbaik untuk Anda bergantung pada keamanan dan kebutuhan spesifik Anda. Di bawah ini adalah 10 perbedaan yang menyoroti bagaimana kedua jenis baterai ini dibandingkan dalam penggunaan di dunia nyata.

 

1- Komposisi Kimia

Baterai LiFePO4 menggunakan lithium besi fosfat sebagai bahan kimia utamanya. Campuran lithium, besi, dan fosfat membuatnya sangat stabil dan aman. Tidak seperti baterai kobalt, baterai LiFePO4 tidak mudah panas, bahkan dalam suhu tinggi atau jika rusak. Bahan kimia ini menurunkan risiko kebakaran atau ledakan. Ikatan yang kuat antara besi dan fosfat juga mencegah pelarian panas.

 

Baterai lithium-ion menggunakan lithium kobalt oksida, lithium mangan oksida, atau nikel kobalt mangan. Bahan-bahan ini memberikan kepadatan energi yang lebih tinggi, yang berarti dapat menyimpan lebih banyak daya dalam ukuran yang lebih kecil. Itulah mengapa mereka umum digunakan di ponsel dan laptop. Tetapi penggunaan kobalt dan nikel juga membuat mereka lebih rentan terhadap panas berlebih dan menghadapi risiko seperti pembengkakan atau kebakaran.

 

2- Kepadatan Energi

Baterai Lithium-Ion

Baterai LiFePO4 memiliki kepadatan energi yang lebih rendah, biasanya sekitar 90-120 Wh/kg. Ini berarti baterai ini menyimpan lebih sedikit energi per kilogram dibandingkan dengan baterai lithium-ion. Untuk perangkat seperti mobil listrik atau drone, di mana ukurannya yang kecil dan waktu pengoperasian yang lama sangat penting, hal ini bisa menjadi kelemahan. Kepadatan energinya yang lebih rendah tidak masalah untuk pengaturan stasioner, tetapi pengguna harus memeriksa pengaturan waktu baterai 10 kWh untuk merencanakan keluaran energi.

 

Baterai lithium-ion dikenal dengan kepadatan energi yang tinggi, biasanya antara 150 dan 250 Wh/kg, tergantung jenisnya. Hal ini membuat baterai ini lebih ringan dan mampu menjalankan perangkat lebih lama dengan sekali pengisian daya. Itulah mengapa mereka menjadi pilihan utama untuk smartphone dan laptop. Namun, kepadatan energi yang lebih tinggi juga memberikan lebih banyak tekanan pada sel baterai. Hal ini dapat memperpendek usia baterai dan meningkatkan risiko panas berlebih.

 

3- Siklus Hidup

Salah satu kekuatan terbesar baterai LiFePO4 adalah siklus hidup yang panjang. Baterai ini biasanya bertahan antara 3.000 dan 5.000 siklus pengisian daya sebelum kapasitasnya menurun drastis. Dalam penggunaan sehari-hari, ini sama dengan sekitar 8-10 tahun kinerja yang stabil. Hal ini menjadikannya pilihan yang sangat baik untuk penyimpanan tenaga surya atau sistem off-grid. Meskipun baterai LiFePO4 pada awalnya lebih mahal, masa pakai yang lama membuatnya lebih murah dalam jangka panjang.

 

Baterai lithium-ion memiliki masa pakai yang jauh lebih pendek, biasanya antara 500 hingga 1.000 siklus pengisian daya, tergantung pada cara penggunaannya. Setelah itu, kapasitasnya mulai memudar, dan pengguna berat mungkin memerlukan penggantian hanya dalam waktu 2-3 tahun. LiFePO4. Karena tidak tahan lama, baterai lithium-ion paling baik untuk perangkat seperti ponsel atau mobil listrik yang sering diganti.

 

4- Keamanan dan Stabilitas Termal

LiFePO4

Baterai LiFePO4 dikenal sangat aman karena baterai ini dapat menangani panas dan pengisian daya yang berlebihan dengan baik. Hal ini menjadikannya pilihan yang baik untuk aplikasi seperti penyimpanan energi di rumah atau rumah sakit. Bahkan dalam kondisi ekstrem, baterai ini tetap stabil, memberikan ketenangan bagi pengguna. Keamanannya membuatnya ideal untuk penggunaan jangka panjang dalam sistem kritis.

 

Baterai lithium-ion lebih sensitif terhadap panas, pengisian daya yang berlebihan, dan kerusakan. Jika terjadi masalah, baterai dapat mengalami pelarian panas, yang dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mengurangi risiko ini, baterai selalu membutuhkan sistem manajemen baterai (BMS) untuk memeriksa voltase dan suhu. Meskipun BMS membuatnya lebih aman untuk penggunaan sehari-hari di ponsel dan laptop, risikonya masih lebih tinggi dibandingkan dengan LiFePO4.

 

5- Perbandingan Biaya

Baterai LiFePO4 lebih mahal di awal karena lebih sulit dibuat dan lebih besar untuk jumlah energi yang sama. Tetapi jika Anda melihat biaya per siklus pengisian daya, mereka sering kali lebih murah dari waktu ke waktu. Misalnya, baterai LiFePO4 yang tahan 4.000 siklus jauh lebih hemat biaya daripada baterai lithium-ion yang hanya bertahan 1.000 siklus. 

 

Baterai lithium-ion lebih murah untuk dibeli dan lebih mudah tersedia di toko-toko. Baterai lithium-ion lebih terjangkau untuk dibeli dan tersedia secara luas. Hal ini terjadi karena produsen Cina membuat banyak baterai lithium-ion untuk pasar dunia. Harganya yang lebih rendah membuatnya populer untuk elektronik murah dan kendaraan listrik. 

 

6- Aplikasi LiFePO4 vs Lithium Ion

Baterai LiFePO4 sering digunakan di tata surya, daya cadangan, perangkat medis, bus listrik, dan RV. Keamanan, stabilitas, dan umur panjangnya membuatnya ideal di tempat-tempat yang sulit atau mahal untuk mengganti baterai. Banyak produsen baterai lithium-ion di Cina fokus pada baterai dengan kepadatan tinggi untuk elektronik konsumen. Baterai ini juga cocok untuk rumah di luar jaringan listrik.

 

Baterai lithium-ion adalah pilihan utama untuk ponsel, laptop, tablet, dan mobil listrik. Ukurannya yang kecil dan penyimpanan energi yang tinggi memungkinkan produsen membuat perangkat yang kuat dan ringan. Baterai ini juga digunakan pada perkakas listrik dan drone, yang membutuhkan pengisian daya cepat dan portabilitas. Tetapi mereka tidak ideal untuk barang stasioner atau sistem penyimpanan yang besar. 

 

7- Kecepatan Pengisian Daya

Baterai LiFePO4 biasanya mengisi daya dengan kecepatan sedang. Baterai ini tidak secepat baterai lithium-ion, tetapi bekerja dengan baik untuk sistem surya dan pengaturan pengisian daya yang stabil. Pengisian daya yang lebih lambat membantu baterai bertahan lebih lama dan menjaganya agar tidak terlalu panas. Sebagian besar baterai LiFePO4 dapat mencapai pengisian daya sekitar 80% dalam 1-2 jam, bila digunakan dengan pengisi daya yang benar. 

 

Baterai lithium-ion mengisi daya lebih cepat, terutama pada ponsel dan mobil listrik dengan pengisian daya cepat. Sebagai contoh, beberapa ponsel cerdas dapat mencapai pengisian daya 50% hanya dalam waktu 30 menit. Tetapi pengisian daya yang terlalu cepat sering kali memperpendek masa pakai baterai, jadi yang terbaik adalah menggabungkan pengisian daya cepat dengan pengisian daya yang lebih lambat jika memungkinkan.

 

8- Ukuran dan Berat

Baterai LiFePO4 lebih berat dan lebih besar daripada baterai lithium-ion dengan energi yang sama. Hal ini membuat mereka kurang cocok untuk perangkat yang harus portabel, seperti drone atau gadget seluler. Namun, bobot ekstra ini tidak menjadi masalah untuk pengaturan stasioner, seperti penyimpanan tenaga surya atau daya cadangan. Ukurannya yang lebih besar berasal dari kepadatan energi yang lebih rendah dan konstruksi yang kuat.

 

Baterai lithium-ion berukuran kecil dan ringan, sehingga ideal untuk ponsel, laptop, dan mobil listrik. Kepadatan energinya yang tinggi memungkinkan produsen mengemas lebih banyak daya ke dalam ruang yang lebih kecil. Inilah sebabnya mengapa baterai lithium-ion menjadi pilihan utama untuk ponsel, laptop, dan perangkat lain yang membutuhkan ruang dan berat.

 

9- Dampak Lingkungan

Baterai LiFePO4 lebih baik untuk lingkungan karena tidak mengandung kobalt atau nikel. Logam-logam ini dapat merusak alam dan berasal dari penambangan yang tidak aman. Baterai ini tahan lama, sehingga lebih sedikit penggantian yang diperlukan, sehingga menghasilkan lebih sedikit limbah. Bahan-bahannya juga tidak terlalu beracun, sehingga daur ulang menjadi lebih aman dan mudah.

 

Baterai lithium-ion sering kali mengandung kobalt dan nikel, yang dapat membahayakan lingkungan dan berasal dari penambangan yang tidak etis. Baterai ini juga lebih cepat aus, sehingga lebih banyak yang dibuang. Bahkan dengan daur ulang yang lebih baik, baterai ini masih memiliki dampak lingkungan yang lebih besar daripada LiFePO4. Memilih alternatif yang lebih aman seperti LiFePO4 dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan.

 

10- Toleransi Suhu

Baterai LiFePO4 bekerja dengan baik pada suhu dari -20°C hingga 60°C. Baterai ini tetap stabil dalam kondisi panas dan dingin. Toleransi suhu yang kuat juga membantunya bertahan lebih lama daripada baterai lainnya. Jangkauan yang luas ini membuatnya sempurna untuk di luar ruangan sistem penyimpanan energi baterai dalam iklim yang bervariasi.

 

Baterai lithium-ion lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Panas yang tinggi dapat membuat baterai ini lebih cepat rusak. Cuaca dingin dapat mengurangi kapasitasnya secara signifikan. Hal ini membuat mereka kurang dapat diandalkan untuk penggunaan di luar ruangan atau industri kecuali jika sistem kontrol suhu tersedia. Kisaran suhu yang lebih sempit membatasi aplikasi di mana baterai LiFePO4 berkinerja lebih baik.

 

Pertanyaan yang Sering Diajukan

 

Mengapa orang lebih memilih baterai lithium-ion untuk elektronik?

Untuk perangkat elektronik, baterai ini sangat ideal karena penyimpanan energinya yang tinggi, ringan, dan pengisian daya yang cepat. Ini berarti smartphone, laptop, dan tablet dapat berjalan lebih lama tanpa membuat perangkat menjadi besar atau berat. Mereka juga mengisi ulang daya dengan cepat, yang sesuai dengan gaya hidup pengguna modern.

 

Apa yang terjadi jika baterai lithium-ion kelebihan daya?

Jika baterai lithium-ion diisi daya secara berlebihan, baterai bisa menjadi tidak stabil dan berbahaya. Pengisian daya yang berlebihan akan memberikan tekanan pada sel baterai, sehingga menyebabkan sel baterai menjadi panas. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, kebocoran, atau bahkan pelarian panas atau ledakan api. 

 

Apakah baterai LiFePO4 baik untuk daya cadangan?

Ya, baterai LiFePO4 sangat cocok untuk daya cadangan. Baterai ini aman, stabil, dan tahan lama, sehingga dapat diandalkan saat listrik padam. Bahan kimianya tahan terhadap panas berlebih dan risiko kebakaran, sehingga dapat digunakan di dalam ruangan tanpa perlu khawatir.

 

Kesimpulan 

 

Terakhir, baik baterai LiFePO4 maupun lithium-ion memiliki kekuatan dan keterbatasan. Namun, pilihan yang tepat tergantung pada apa yang paling Anda butuhkan: keamanan, masa pakai yang lama, biaya, atau ukuran yang ringkas. Sebagai contoh, baterai LiFePO4 memiliki stabilitas, daya tahan, dan keramahan terhadap lingkungan. Hal ini menjadikannya pilihan utama untuk penyimpanan tenaga surya, sistem cadangan, dan aplikasi yang sangat mementingkan keandalan.

 

Di sisi lain, baterai lithium-ion menawarkan kepadatan energi yang lebih tinggi dan pengisian daya yang lebih cepat. Inilah sebabnya mengapa baterai ini menjadi pilihan utama untuk ponsel, laptop, dan mobil listrik. Namun ingat, saat memilih antara LiFePO4 dan lithium-ion, tidak ada jawaban yang cocok untuk semua. Oleh karena itu, memahami perbedaan ini akan membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas.Â